#kajian kitab tanqihul qoul
BAB II
KEUTAMAAN KALIMAT
LAA ILAAHA ILLALLAH
قال الفاكهاني : إن ملازمة ذكرها عند دخول المنزل تنفي الفقر، وقد ورد أنمَنْ قَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَمَدَّها هُدِمَتْ لَهُأرْبَعَة آلاف ذَنْبٍ مِنَ الكَبَائِرِ . قالوا: يا رَسُولَ الله فإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْءٌ مِنَ الكَبَائِر؟ قال: يغفَرُ لأهْلِهِ ولِجيرَانِهِ،
رواهالبخاري اهـ سنوسي.
Al-Fakihany
berkata, “Sesungguhnya melanggengkan (selalu membiasakan mengucapkan)
kalimat laa ilaaha illa allah
setiap kali memasuki rumah itu bisa menghilangkan kefakiran”. Rasulullah
SAW bersabda dalam HR. Bukhori, “Barang siapa mengucapkan Laa Ilaaha Illa
Allah dan memanjangkannya(memanjangkan kata “Laa”) maka 4000 dosa
besarnya akan dihancurkan (diampuni), Para sahabat kemudian bertanya
kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah…Jika ia sama sekali tidak mempunyai
dosa besar?, Rasulullah menjawab “maka dosa-dosa keluarga dan
tetangganya yang akan diampuni”. (keterangan Imam Sanusi)
قال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله مَائَةَ مَرَّة جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالقَمَرِلَيْلَةَ البَدْر
Nabi Muhammad SAW
bersabda : “Barang siapa mengucapkan لا إله إلاّ الله محمد
رسول الله setiap hari 100
kali maka dia akan di bangkitkan di hari Kiamat nanti dengan wajah bersinar
seperti bulan purnama.
وقال صلى الله عليه وسلم: أَفْضَل الذِّكْرِ لا إلٰهَ إلاَّ الله وأفضل الدعاء الحمد لله
Nabi Muhammad SAW
bersabda : “utama-utamanya dzikir adalah la ilaha illallah dan
utama-utamanya do’a adalah Alhamdulillah”. (hadist di riwayatkan oleh Imam
Tirmidzi, Imam Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim dari Imam Jabir)
Demikian itu
karena laa ilaha illa alloh adalah kalimat tauhid, sedangkan
kalimat tauhid itu tidak ada bandingannya. Kalimat tauhid mempunyai pengaruh
dalam penyucian batin, berfaidah meniadakan semua tuhan dan menetapkan
satu-satunya tuhan, yaitu Allah, kemudian dzikir yang terucap dari mulut itu
masuk kedalam hati. Selain itu, karena keimanan tidak akan sah tanpa kalimat
tauhid tersebut di tambah dengan kata wa anna muhammadan rosululloh.
Tidak ada kalimat lain, hanya itu saja.
Kenapa laa ilaaha
illallah menjadi utamanya dzikir ? itu karena la ilaha illalloh adalah kalimat
tauhid ( meng esa kan ) dan tauhid itu tidak ada sesuatupun yang bisa
membandinginya, dan karena tauhid membekas di hati dalam mensucikan batin,
seorang hamba ketika berkata ” la ilaha
” yang artinya ” tiada tuhan ” maka dia mengikrarkan hatinya menafikan
kesemuanya yang di anggap sebagai tuhan, dan ketika dia mengatakan ”
Illalloh ” maka dia menetapkan hanya Allah sajalah yang patut sebagai
tuhan, tidak lainnya, kalimat la ilaha illalloh atau biasa disebut dengan
kalimat tauhid berarti menafikan dan menetapkan ( nafi & Isbat ) dan
dzikir/ucapan yang terlafazdkan dari mulut masuk kedalam hatinya, kalimat tauhid menjadi utama karena keimanan tidak
akan sah tanpa melalui kalimat tauhid dengan di tambahi wa anna muhammadan
rosululloh ( dan sesungguhnya muhammad adalah rosul allah ) sebagaimana
tuntunan bacaan sahadat.
Sedangkan kalimat Alhamdulillah adalah utama-utamanya
do’a, karena do’a adalah bahasa lain (ibarat) dari dzikir, dengan dzikir
seseorang meminta hajatnya, sedangkan Alhamdulillah itu mencakup semua
hajatnya, seorang yang memuji Allah, tiada lain hanya karena nikmat
yang di berikanNya, sedangkan bersyukur atas segala nikmat itu secara langsung
bisa menambah nikmat itu sendiri, Allah SWT berfirman ” لإن شكرتم
لأزيدنكم “, oleh karenanya kita wajib bersyukur atas segala nikmat yang
kita miliki, dengan bersyukur maka nikmat kita akan bertambah.
Dan dikatakan pula
bahwa seseorang yang berkata laa ilaha illa alloh dan memanjangkannya maka 4000 dosa
besarnya di runtuhkan, para sahabat bertanya ” jikalau orang itu tidak
punya dosa besar wahai Rosululloh ? Nabi Muhammad bersabda ” maka di
ampunkan seluruh keluarganya dan tetangganya “. hadist di riwayatkan Imam
Bukhori.
Rosululloh
bersabda ” Alloh SWT berfirman dalam hadist qudsy “
(وقال صلى الله عليه وسلم قال الله تعالى) أي في الحديث القدسي والكلام الأنسي (لا إله إلا الله كلامي وأنا هو منقالها دخل حصني) بكسر الحاء (ومن دخل حصني أمن من عقابي) أخرجه الشيرازي عن علي .وفي نسخة لهذاالكتاب وقال صلى الله عليه وسلم : لا
إله إلاَّ الله حِصْنِي وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِي أمِنَ مِنْ عَذَابِ الله
“Laa
ilaaha Illa alloh adalah kalamku, dan Aku adalah ia (Allah), barang siapa yang
mengucap-kannya, maka ia masuk dalam bentengku, dan siapapun yang masuk dalam
bentengku maka ia akan aman dari siksaku”. hadist diriwayatkan oleh Imam
Sairozi dari sayyidina Ali. Dalam naskah yang lain di katakana, Rasulullah SAW
bersabda, “Laa ilaaha Illa alloh adalah bentengku, dan siapapun yang masuk
dalam bentengku maka ia akan aman dari siksa Allah”.
Di ceritakan oleh
Abdul Wahid bin Zaid dia berkata, “suatu ketika aku di dalam kendaraan,
lalu (datang) angin dan melemparkanku ke suatu daerah, kemudian aku melihat
seorang yang menyembah berhala, terus aku berkata padanya, “Engkau
menyembah berhala ini sementara banyak di antara kita orang-orang yang bisa
membuat berhala seperti itu?, Dia menjawab, “engkau berkata seperti itu,
terus apa yang engkau sembah?, Aku menjawab, “aku menyembah tuhan yang
arsy-Nya ada di langit dan kekuasaan-Nya ada di Bumi dan Lautan, lalu
dia bertanya, “siapa yang mengajarimu hal itu?, Aku menjawab,
“Dia mengutus Rasul kepada kami, Dia bertanya lagi, “Apa
yang di lakukan Rasul?, Aku menjawab, “Dia telah meninggal
dunia, Dia berkata, “apakah dia meninggalkan suatu pertanda?, Jawabku,
“iya benar, dia meninggalkan kitabnya. Dia bertanya, “apakah engkau
hafal sebagian dari kitabnya itu?, lalu aku membacakannya surat Arrahman, dan
dia terus menangis hingga aku menghatamkannya, Baru dia berkata,
“Seharusnya pemilik kalam itu tidak di durhakai.
Kemudian aku
menawarkan islam kepadanya, dan dia menerimanya, lalu aku membawanya ikut
bersamaku dalam perjalanan menggunakan perahu, sampai pada saat malam
menjelang, aku mengerjakan sholat isya dan bersiap-siap untuk tidur, dia
mendekatiku seraya bertanya, “apakah Dia Tuhan yang memberikanmu petunjuk
akan agama ini juga tidur?, Aku menjawab, “tidak, Dia adalah Dzat yang
hidup dan tidak bergantung pada apapun juga tidak pernah tidur. (Mendengar
jawabanku itu) dia berkata, “engkau adalah seorang hamba yang sangat buruk,
engkau tidur sementara Tuanmu terjaga.
Setelah kami
sampai di daratan dan hendak berpisah, aku kumpulkan beberapa dirham untuknya,
tapi dia malah berkata, “untuk apa ini semua? “. aku menjawab,
“dengan uang ini kamu bisa membeli sesuatu untuk bekal hidupmu”.
Orang itu menjawab, “engkau menunjukkanku jalan yang belum pernah
kuketahui, dulu aku tidak menyembahnya saja Dia tidak menerlantarkanku, apalagi
sekarang setelah mengenalnya, tidak mungkin Dia menerlantarkanku.
Selang 3 hari
(setelah kami berpisah) aku mendengar bahwa dia sekarat (naza’), aku terus
mendatanginya dan bertanya kepadanya, “Apakah engkau punya keinginan?, Dia
menjawab “Dzat yang telah mengeluarkanku dari daerah itu (Allah) telah
memenuhi semua keinginanku. (Setelah itu) aku tertidur disampingnya dan
bermimpi melihat perempuan muda di dalam sebuah taman yang menghijau, dia
berkata, “Cepatlah kaubawa dia kesini, sungguh sudah sekian lama aku
merindukannya. Lalu aku terbangun dan kulihat dia sudah mati, akupun
menguburkannya malam itu juga. Kemudian aku tidur kembali dan mimpi bertemu
dengannya sedang memakai mahkota di kepalanya, di sekelilingnya ada bidadari,
dan dia membaca ayat :
وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بما صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
وقال صلى الله عليه وسلم: أَدُّوا زَكَاةَ أبْدَانِكُمْ بِقَوْلِ لا إلٰهَ إلاَّ الله ,وأخرج ابن عساكر عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنَّ قَوْلَ لا إلٰهَ إلاَّ الله تَدْفَعُ عَنْ قَائِلها تِسْعَةً وَتِسْعِينَ بابا مِنَ البَلاءِ أدْنَاهَا الهَمُّ
Rosululloh SAW
bersabda, “Penuhilah zakat tubuhmu dengan ucapan laa ilaaha illa
alloh”,
Imam Ibnu Asakir dari ibnu Abbas berkata, Rosululloh SAW bersabda,
“Sesungguhnya kalimat laa ilaaha illa alloh itu bisa menghindarkan orang yang
mengucapkannya dari 99 macam pintu coba’an (bala’), yang paling rendah dari
cobaan itu adalah rasa susah”.
Rosululloh SAW
bersabda, “barang siapa mengucapkan laa ilaaha illa alloh maka keluar dari
bibirnya seekor burung hijau yang mempunyai dua sayap putih yang di tretes
intan dan yaqut, lalu burung itu terbang ke langit hingga terdengar suara
gemuruh seperti gemuruhnya lebah, Dikatakan (kepada burung itu),
“diamlah…!”, Burung itu lalu berkata, “aku
tidak akan diam sampai engkau mengampuni orang yang mengucapkanku, akhirnya
Allah SWT pun mengampuni orang itu, dan menciptakan 70 mulut lagi untuk burung
itu- yang terus meminta ampunan untuk orang yang membacanya sampai hari Kiamat.
Maka ketika Kiamat telah tiba, burung itu menjadi penuntun dan petunjuk orang
itu ke surga…..
وقال صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُول الله إلاَّ قَالَ الله تَعَالى صَدَقَ عَبْدِي أنا الله لا إلٰهَإلاَّ أنا أُشْهِدُكُمْ يا مَلائَكَتِي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّر أي من الصغائر.
Rosululloh SAW
bersabda, “tidak seorangpun hamba yang berucap, “Laa ilaaha illa
alloh Muhammadur Rosululloh”, kecuali Allah SWT berfirman “Benar apa
yang dikatakan hambaku itu, akulah Allah, tiada Tuhan selainku, aku persaksikan
kepada kalian semua wahai Malaikatku bahwa Aku telah mengampuni dosanya, baik
dosa-dosanya terdahulu atau dosa-dosanya yang akan datang”(yang dimaksud di sini adalah dosa-dosa kecil)
وقال صلى الله عليه وسلم)مَنْ قَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله خَالِصا (أي من الرياء مثلاً) مُخْلِصا (أي من المنهيات ) دَخَلَ الجَنَّة (أي مع السابقين، وأخرج الحكيم عن زيد بن الأرقم قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ قَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُخْلِصادَخَلَ الجَنَّةَ قيل: يا رسول الله وما إخلاصُها؟ قال: أَنْ تَحْجُزَهُ عَنِ المَحَارِمِ
Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa mengucapkan Laa Ilaaha Illa alloh dengan ikhlas lagi
(murni/bebas dari larangan) maka ia masuk surga (beserta orang-orang
terdahulu)”. Al-Hakim dari Zaid bin Arqom berkata, “Rasulullah SAW bersabda”,
“Barang siapa mengucapkan Laa Ilaaha Illa alloh dengan murni/bebas dari
larangan maka ia masuk surga”, di katakana, “wahai Rasulullah, Bagaimana
ikhlasnya itu?”, Rasul menjawab, “jika engkau membentenginya dari
perbuatan-perbuatan yang diharamkan”.
قال صلى الله عليه وسلم) : مَنْ كانَ أوَّلُ كَلاَمِهِ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَآخِرُ كَلامِهِ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَعَمِلَ أ لْفَ سَيِّئَةٍ (أي ذنبصغير ) إنْ عَاشَ ألْفَ سَنَةٍ لا يَسْأَلُهُ الله عَنْ ذَنْبٍ وَاحِدٍ.(
Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa di awal dan akhir omongannya berupa ucapan laa ilaaha
illa alloh, dan dia telah melakukan 1000 keburukan (dosa kecil), walaupun ia
hidup selama 1000 tahun, maka Allah tidak akan menanyakan dosa satupun yang
pernah ia lakukan itu”.
Diriwayatkan,
bahwasanya Rasulullah SAW pernah berkata kepada sayyid Zaid al-Anshori, “jika
sulit urusan duniamu maka perbanyaklah membaca ;
لا إلٰهَ إلاَّ الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
Rasulullah
bersabda, “Barang siapa mengucapkan laa ilaaha illa alloh (tidak disertai)
ujub, maka ada seekor burung terbang di bawah arasy sambil bertasbih bersama
malaikat-malaikat yang bertasbih, dan dipastikan pahala (tasbih burung itu)
untuknya”. Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa mengucapkan sekali lafazh
“laa ilaaha illa alloh muhammadur-rosulullah”, maka dosa-dosanya diampuni oleh
Allah walaupun sebanyak buih di lautan”.
وقال صلى الله عليه وسلم: (إذا مَرَّ المُؤْمِنُ عَلَى المَقَابِرِ فَقَالَ لا إلٰهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِيوَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ نَوَّر الله تِلْكَ القُبُورَ كُلِّهَا وَغَفَرَ لِقَائِلهَا وَكَتَبَ لَه (أيللقائل )ألْفَ ألْفِ حَسَنَةٍ وَرَفَع لَهُ ألْفَ ألْفِ دَرَجَةٍ وَحَطَّ (أي أسقط )عَنْهُ ألْفَ ألْفِ سَيِّئَةٍ (أي من الصغائر وروىالترمذي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُيُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ كَتَبَ الله لَهُ ألْفَ ألْف حَسَنَةٍ،وَمَحَا عَنْهُ ألْفَ ألْف سَيِّئَةٍ، وَرَفَعَ لَهُ ألْفَ ألْفِ دَرَجَة.
Rasulullah SAW
juga bersabda pula, “Ketika seorang mu’mim berjalan melewati pemakaman, terus
dia berucap ;
لا إلٰهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka Allah
menyinari makam-makam itu seluruhnya, dan mengampuni dosa-dosa orang mu’min
tersebut, juga mencatat 1.000.000 kebaikan baginya, mengangkatnya 1.000.000
derajat dan menggugurkan 1.000.000 dosa-dosa kecilnya”. Imam Turmuzhi
meriwayatkan hadits dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda, “Barang siapa masuk
ke area pasar lalu dengan suara keras ia berucap (kata-kata tersebut), maka
Allah mencatat 1.000.000 kebaikan baginya, mengampuni 1.000.000 dosa-dosa
kecilnya dan mengangkatnya hingga 1.000.000 derajat”.
Ibnu
Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan,”Kalimat Tauhid
(yaitu Laa Ilaha Illallah, pen) memiliki keutamaan yang sangat
agung yang tidak mungkin bisa dihitung.” Lalu beliau rahimahullah menyebutkan
beberapa keutamaan kalimat yang mulia ini. Di antara yang beliau sebutkan :
Kalimat ‘Laa Ilaha
Illallah’ merupakan harga surga
Suatu saat Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu allaa
ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muadzin tadi,
”Engkau terbebas dari
neraka.” (HR. Muslim no. 873)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda,
”Barangsiapa yang
akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaha illallah’, maka
dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud.
Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul
Mashobih no. 1621)
Kalimat ‘Laa Ilaha
Illallah’ adalah kebaikan yang paling utama
Abu Dzar berkata,
”Katakanlah padaku
wahai Rasulullah, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan
menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Apabila
engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah kebaikan karena dengan
melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.” Lalu
Abu Dzar berkata lagi,”Wahai Rasulullah, apakah ’laa ilaha illallah’
merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat
itu (laa ilaha illallah, pen) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu
dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.”
Kalimat ‘Laa Ilaha
Illallah’ adalah dzikir yang paling utama
Hal ini sebagaimana
terdapat pada hadits yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ’alaihi
wa sallam (hadits marfu’),
”Dzikir yang
paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.”
Kalimat ‘Laa Ilaha
Illallah’ adalah amal yang paling utama, paling banyak ganjarannya,
menyamai pahala memerdekakan budak dan merupakan perlindungan dari gangguan
setan
Sebagaimana terdapat
dalam shohihain (Bukhari-Muslim) dari Abu Hurairoh radhiyallahu
’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
”Barangsiapa
mengucapkan ’laa ilaaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul
hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam
sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang
dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100
kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya,
serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih
banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)
Kalimat ‘Laa Ilaha
Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang mengucapkannya bisa masuk
lewat pintu mana saja yang dia sukai
Dari ’Ubadah bin Shomit radhiyallahu
’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa
mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak
dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh
dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun
benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan
pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)
Inilah sebagian di
antara keutamaan kalimat syahadat laa ilaha illallah dan masih
banyak keutamaan yang lain. Namun, penjelasan ini bukanlah inti dari pembahasan
kami kali ini. Setelah ini kami akan membahas mengenai syarat-syarat dari laa
ilaha illallah. Karena kalimat tidaklah akan berguna melainkan dengan terpenuhi
syarat-syaratnya. Nantikan artikel selanjutnya.
***
*Keterangan
Syarat Kalimat Laa
Ilaha Illallah Yang Harus Dipenuhi
Telah
menjelaskan mengenai keutamaan laa ilaha illallah, di mana kalimat
ini adalah sebaik-baik dzikir dan akan mendapatkan buah yang akan diperoleh di
dunia dan di akhirat. Namun, perlu diketahui bahwasanya kalimat laa
ilaha illallah tidaklah diterima dengan hanya diucapkan semata. Banyak
orang yang salah dan keliru dalam memahami hadits-hadits tentang
keutamaan laa ilaha illallah. Mereka menganggap bahwa cukup
mengucapkannya di akhir kehidupan –misalnya-, maka seseorang akan masuk surga
dan terbebas dari siksa neraka. Hal ini tidaklah demikian.
Semua
muslim pasti telah memahami bahwa segala macam bentuk ibadah tidaklah diterima
begitu saja kecuali dengan terpenuhi syarat-syaratnya. Misalnya saja shalat.
Ibadah ini tidak akan diterima kecuali jika terpenuhi syaratnya seperti wudhu.
Begitu juga dengan puasa, haji dan ibadah lainnya, semua ibadah tersebut tidak
akan diterima kecuali dengan memenuhi syarat-syaratnya. Maka begitu juga dengan
kalimat yang mulia ini. Kalimat laa ilaha illallah tidak akan
diterima kecuali dengan terpenuhi syarat-syaratnya.
Oleh
karena itu, para ulama terdahulu (baca : ulama salaf) telah mengisyaratkan
kepada kita mengenai pentingnya memperhatikan syarat laa ilaha illallah.
Lihatlah di antara perkataan mereka berikut ini.
Al
Hasan Al Bashri rahimahullah pernah diberitahukan bahwa
orang-orang mengatakan,”Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah maka dia
akan masuk surga.” Lalu beliau rahimahullah mengatakan,
”Barangsiapa menunaikan hak kalimat tersebut dan juga kewajibannya,
maka dia akan masuk surga.”
Wahab
bin Munabbih telah ditanyakan,”Bukankah kunci surga adalah laa ilaha
illallah?” Beliau rahimahullah menjawab,”Iya betul. Namun,
setiap kunci itu pasti punya gerigi. Jika kamu memasukinya dengan kunci yang
memiliki gerigi, pintu tersebut akan terbuka. Jika tidak demikian, pintu
tersebut tidak akan terbuka.” Beliau rahimahullah mengisyaratkan
bahwa gerigi tersebut adalah syarat-syarat kalimat laa ilaha illallah.
Mengenal Syarat Laa
Ilaha Illallah
Dari hasil
penelusuran dan penelitian terhadap Al Qur’an dan As Sunnah, para ulama
akhirnya menyimpulkan bahwa kalimat laa ilaha illallah tidaklah
diterima kecuali dengan memenuhi tujuh syarat berikut :
[1] Mengilmui
maknanya yang meniadakan kejahilan (bodoh)
[2] Yakin yang
meniadakan keragu-raguan
[3] Menerima yang
meniadakan sikap menentang
[4] Patuh yang
meniadakan sikap meninggalkan
[5] Jujur yang
meniadakan dusta
[6] Ikhlas yang
meniadakan syirik dan riya’
[7] Cinta yang
meniadakan benci
Penjelasan ketujuh
syarat di atas adalah sebagai berikut.
Syarat pertama adalah
mengilmui makna laa ilaha illallah
Maksudnya adalah
menafikan peribadahan (penghambaan) kepada selain Allah dan menetapkan bahwa
Allah satu-satunya yang patut diibadahi dengan benar serta menghilangkan sifat
kejahilan (bodoh) terhadap makna ini.
Allah Ta’ala berfirman,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.” (QS. Muhammad [47] : 19)
Begitu juga
Allah Ta’ala berfirman,
“Akan tetapi (orang yang dapat memberi
syafa’at ialah) orang yang mengakui dengan benar (laa ilaha illallah) dan
mereka meyakini(nya).” (QS. Az Zukhruf : 86)
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar [39] : 9)
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir [35] : 28)
Dalam kitab shohih
dari ‘Utsman, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa
tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk surga.” (HR.
Muslim no.145)
Syarat kedua adalah
meyakini kalimat laa ilaha illallah
Maksudnya
adalah seseorang harus meyakini kalimat ini seyakin-yakinnya tanpa boleh ada
keraguan sama sekali. Yakin adalah ilmu yang sempurna.
Allah Ta’ala memberikan
syarat benarnya keimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan sifat
tidak ada keragu-raguan. Sebagaimana dapat dilihat pada firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar.” (QS. Al Hujurat [49] : 15)
Apabila
seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang
munafik –wal ‘iyadzu billah [semoga Allah melindungi kita dari
sifat semacam ini]. Allah Ta’ala mengatakan kepada orang-orang
munafik tersebut,
“Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian,
dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.”(QS. At Taubah : 45)
Dalam beberapa
hadits, Allah mengatakan bahwa orang yang mengucapkan laa ilaha
illallah akan masuk surga dengan syarat yakin dan
tanpa ada keraguan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba
pun yang bertemu Allah (baca: meninggal dunia) dengan membawa keduanya dalam
keadaan tidak ragu-ragu kecuali Allah akan memasukkannya ke
surga” (HR. Muslim no. 147)
Dari Abu Hurairah
juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنِ الْجَنَّةِ
“Aku bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan
Allah. Seorang hamba yang bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak
ragu-ragu, Allah tidak akan menghalanginya untuk masuk surga.” (HR.
Muslim no. 148)
Syarat ketiga adalah
menerima kalimat laa ilaha illallah
Maksudnya adalah
seseorang menerima kalimat tauhid ini dengan hati dan lisan, tanpa menolaknya.
Allah telah
mengisahkan kebinasaan orang-orang sebelum kita dikarenakan menolak kalimat
ini. Lihatlah pada firman Allah Ta’ala,
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum
kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang
hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak
kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka”.(Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun
aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa
yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk
menyampaikannya.” Maka Kami
binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu.” (QS. Az Zukhruf [43] : 23-25)
Dalam kitab shohih
dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
« مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ » .
“Perumpamaan
petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang
turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan
menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput
(tanaman), namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada
manusia (melalui tanah tadi, pen); mereka bisa meminumnya, memberikan minum
(pada hewan ternaknya, pen) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam.
Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong, tidak dapat menahan
air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah permisalan orang yang
memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu, pen) bermanfaat
baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya
adalah permisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi, pen) dan
tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa.” (HR. Bukhari no. 79
dan Muslim no. 2093. Lihat juga Syarh An Nawawi, 7/483 dan Fathul Bari ,
1/130)
Syarat keempat
adalah inqiyad (patuh) kepada syari’at Allah
Maksudnya adalah
meniadakan sikap meninggalkan yaitu seorang yang mengucapkan laa ilaha
illallah haruslah patuh terhadap syari’at Allah serta tunduk dan
berserah diri kepada-Nya. Karena dengan inilah, seseorang akan berpegang teguh
dengan kalimat laa ilaha illallah.
Oleh karena itu,
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
“Dan barangsiapa
yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.”
(QS. Luqman [31] : 22). Yang dimaksudkan dengan ‘telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh’ adalah telah berpegang dengan laa ilaha
illallah.
Dalam ayat ini, Allah
mempersyaratkan untuk berserah diri (patuh) pada syari’at Allah dan inilah yang
disebut muwahhid (orang yang bertauhid) yang berbuat ihsan (kebaikan).
Maka barangsiapa tidak berserah diri kepada Allah maka dia bukanlah orang yang
berbuat ihsan sehingga dia bukanlah orang yang berpegang teguh
dengan buhul tali yang kuat yaitu kalimat laa ilaha illallah.
Inilah makna firman Allah pada ayat selanjutnya,
وَمَنْ كَفَرَ فَلَا يَحْزُنْكَ كُفْرُهُ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (23) نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ (24)
“Dan barangsiapa
kafir (tidak patuh) maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada
Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami
biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke
dalam siksa yang keras.” (QS. Luqman [31] : 23-24).
(Jadi perbedaan qobul [menerima,
syarat ketiga] dengan inqiyad [patuh, syarat keempat] adalah
sebagai berikut. Qobul itu terkait dengan hati dan lisan. Sedangkan
inqiyad terkait dengan ketundukkan anggota badan,ed).
Syarat kelima adalah
jujur dalam mengucapkannya
Maksudnya adalah
seseorang yang mengucapkan kalimat ikhlas laa ilaha illallah harus
benar-benar jujur (tidak ada dusta) dalam hatinya dan juga diikuti dengan
pembenaran dalam lisannya.
Oleh karena itu,
Allah mencela orang-orang munafik -karena kedustaan mereka- pada firman-Nya,
“Di antara manusia
ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ,” pada hal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit ,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al Baqarah [2] : 8-10).
Begitu juga pada firman-Nya,
“Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik
itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al Munafiqun [63] : 1)
Untuk
mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup dengan mengucapkan
kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus disertai dengan pembenaran
(kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata diucapkan tanpa disertai dengan
kejujuran dalam hati, tidaklah bermanfaat.
Lihatlah hadits dari
Mu’adz bin Jabal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“Tidaklah
seseorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya dengan kejujuran dari dalam
hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya.” (HR.
Bukhari no. 128)
Syarat keenam adalah
ikhlas dalam beramal
Maksudnya adalah
seseorang harus membersihkan amal -dengan benarnya niat- dari segala macam
kotoran syirik.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah ketaatan (baca: ibadah) yang ikhlas (bersih dari
syirik).” (QS. Az Zumar [39] : 3)
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas (memurnikan)
keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS.
Al Bayyinah [98] : 5)
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Maka sembahlah
Allah dengan ikhlas (memurnikan) keta’atan kepada-Nya.” (QS. Az
Zumar [39] : 2)
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang
berbahagia karena mendapat syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah orang yang
mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dalam hatinya atau
dirinya.” (HR. Bukhari no. 99)
Syarat ketujuh adalah
mencintai kalimat laa ilaha illallah
Maksudnya adalah
seseorang yang mengucapkan kalimat ini mencintai (tidak benci pada) Allah,
Rasul dan agama Islam serta mencintai pula kaum muslimin yang menegakkan
kalimat ini dan menahan diri dari larangan-Nya. Dia juga membenci orang yang
menyelisihi kalimat laa ilaha illallah, dengan melakukan
kesyirikan dan kekufuran yang merupakan pembatal kalimat ini.
Yang menunjukkan
adanya syarat ini pada keimanan seorang muslim adalah firman Allah Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2] :
165)
Dalam ayat ini, Allah
mengabarkan bahwa orang-orang mukmin sangat cinta kepada Allah. Hal ini
dikarenakan mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta
ibadah. Sedangkan orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka
sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang kepada Allah
adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun menyelisihi hawa nafsunya dan
juga membenci apa yang dibenci Allah walaupun dia condong padanya. Sebagai
bentuk cinta pada Allah adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta
membenci musuhnya, juga mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mencocoki jalan hidupnya dan menerima petunjuknya.
(Pembahasan
syarat laa ilaha illallah ini diringkas dari dua kitab:
(1) Ma’arijul Qobul, I/ 327-332 dan (2) Fiqhul Ad’iyyah wal
Adzkar, I/180-184)
Inilah syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar seseorang bisa mendapatkan keutamaan laa ilaha
illallah. Jadi, untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan laa ilaha
illallah bukanlah hanyalah di lisan saja, namun hendaknya seseorang
memenuhi syarat-syarat ini dengan amalan/ praktek (tanpa mesti dihafal). Semoga
Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mampu meyakini makna kalimat
tauhid, mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya dalam perkataan maupun
perbuatan, dan semoga kita mati dalam keadaan mu’min.
Komentar Terbaru